Selasa, 08 September 2020

Hidup Utuk Orang Lain


Hari ini aku berada di perpustakaan kampus, di tengah semua urusan persaratan wisuda ku yang banyak, duduk di salah satu meja belajar di lantai 2, membawa sebuah laptop kesayangan ku, dan menggunakan earphone yang terhubung ke handphone sambil memutarkan lagu-lagu yang biasa ku dengar.

Tak terasa sudah 6 tahun berlalu sejak terakhir kali aku menceritakan sesuatu di sini, dan kini aku mulai mengingat masa-masa itu, mungkin terasa waktu yang singkat, namun itu perjalanan yang panjang, waktu itu terlalu sederhana, kami memiliki idola yang sama, Bena Kribo, Arif Poconggg, dan Raditya Dika, ya walau sekarang mereka sudah jadi bapak-bapak, tapi dulu mereka manusia paling keren menurut kami.

Berkat para idola kami, akhirnya kami memutuskan membuat blog tempat kami bercerita tentang semua cerita versi kami, memulai dengan cerita yang tidak penting, sampai cerita haru tentang beratnya masalah yang kami hadapi waktu itu.

Walaupun bagi orang-orang hoby kami yang ini adalah hal yang aneh dan kekanak-kanakan, tetapi kami masih merasa bangga melakukannya, setiap orang kami ajak untuk membaca blog kami, walaupun mereka tidak pernah tertarik untuk itu.

Sekarang 6 tahun berlalu, kami mulai tumbuh dewasa, hidup mulai tak se-sederhana waktu dulu, kami mulai sibuk dengan kepentingan masing-masing, dan tidak ada lagi kata kami.

Aku mulai melakukan banyak hal sendiri, orang-orang mulai menilai dengan lebih kejam, orang tua mulai menuntut banyak hal, kehidupan ku bukan milik diriku lagi.

Sulit untuk menolak permintaan dari orang tua memang, mereka ingin menjadikan anak mereka seperti yang mereka inginkan, orang lain juga menjadi patokan atas semua keinginan orang tua, mewajarkan semua hal, karena mereka melakukan dengan alasan kalimat yang tidak bisa di bantah siapapun, yaitu karena “Sayang”. Terkadang mereka memang bertanya, agar tak terasa seperti keputusan egois, namun mereka lupa satu hal, yaitu mendengarkan.

Aku mencari arti kata sayang di KBBI, tidak ada arti yang jelas disana, hanya berartikan kasih sayang, cinta, mengasihi. Tidak ada yang memperjelas arti kata sayang tersebut. Sehingga aku sadar bahwa sebenarnya sayang bisa menjadi kalimat negatif, karena sayang adalah rasa yang di timbulkan dari ego, ego dari orang yang merasakannya.

Pada suatu hari aku mulai berpendapat dan menolak tentang keinginan mereka, aku mengeluarkan semua argumen yang aku miliki, semua pengetahuan yang aku punya, dan mereka menjawab dengan sebuah kalimat sederhana yang membuat aku terdiam, mereka menjawab “itulah yang di lakukan orang-orang normal lainnya”. Saat mendengar kalimat itu aku mulai diam, bukan karena aku kalah dalam berargumen, tapi karena aku sadar mereka memang tidak mengenal siapa aku.

Aku memang bukan orang normal, aku adalah aku, orang yang lebih suka menghabiskan waktu dengan laptop kesayangan dari pada bertemu orang lain, orang yang benci ketika dihubungi oleh orang yang tidak terlalu dekat, orang yang suka mendengar cerita hidup orang lain, orang yang sejak kecil memiliki gangguan susah untuk tidur, orang yang punya kekurangan dalam mengingat, orang yang tidak punya banyak teman cuma karena tidak bisa mengingat nama-nama mereka, orang yang memiliki fobia-fobia aneh yang bahkan tidak dapat ditemukan di google, dan banyak hal lain yang mereka tidak ketahui, dan yang paling penting adalah aku orang yang paling tidak suka di sebut "Normal".

Hari ini aku mulai sadar, waktu itu aku menulis bukan karena orang lain, bukan karena mencari uang atau untuk ketenaran, aku sebenarnya juga tahu kalau tulisan ku tidak terlalu menarik bagi orang lain. aku menulis karena aku ingin, dengan menulis aku merasa didengar, aku menulis karena tidak semuanya bisa di ucapkan di dunia nyata, dan dengan menulis aku bisa memperlihatkan siapa aku sebenarnya.

Dan karena itu lah, ditengah mengurus urusan wisuda ku, sebelum menghadapi semua dunia kerja yang tidak dapat aku kendalikan lagi, sebelum menjalani hari bukan untuk diriku lagi, karena itulah hari ini aku menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar